Cerume 01

Kalau ladang ada di tanah "belukah", artinya daerah yang sudah pernah dipakai untuk berladang, maka akan mulai menebas sekitar bulan April atau bahkan Mei. Mereka tidak perlu menyimpan "hebe" terlalu lama, karena selain kayunya kecil-kecil, jadi mudah kering, juga kalau "hebe" terlalu lama tidak dibakar akan "balek jeboh" artinya rumput-rumput baru tumbuh kembali. Kalau "hebe" sudah "balek jeboh" akan sulit terbakar hangus. Dan itu akan menambah pekerjaan saat "mandok" dan lokasi pe umean "dek masak" atau tidak hangus akan banyak rumputnya, dan rumput itu akan mengalahkan padi.
Memilih Tempat
Setelah menentukan waktu, maka dilanjutkan memilih tempat berladang padi darat. Masyarakat Lubai biasanya, akan mempertimbangkan tempat membuka hutan atau belukar yang akan dijadikan ladang, tidak jauh dengan ladang orang lain. Apabila memilih lahan jauh dari peladangan orang lain, disebut 'be ume nelebung'.
Kalau
'beume nelebung' maka resikonya, akan banyak hama. Hama-hama yang
sering menganggu padi seperti burung pipit dan kera 'monyet'. Jadi
penentuan tempat berladang, tergantung suasana hati se -seorang. Tidak ada
ritual khusus, tidak ada doa-doa khusus untuk membuka lahan peladangan.
Lahan peladangan, biasanya berupa hutan atau
belukar warisan dari nenek moyang. Jadi peladangan ini, tidak akan
menjadi sengketa dikemudian hari. Namun ada juga, warga masyarakat Lubai
yang menum pang be ume, ke tanah sanak saudaranya. Biasanya si peladang
hanya boleh mengambil, hasil padinya saja.
Ketika sudah diputuskan akan berladang di "himbe" atau "belukah", lokasi peladangan dekat peladang an orang lain atau nelubung, maka peladang akan mempersiapkan segala sesuatunya seperti batu asah an, pisau penebasan dan tempat dangkung. Tempat dangkung sangat penting, bekerja tanpa dangkung 'makanan penunjang' sudah tentu membuka lahan peladangan menjadi terhambat.
Merintis
Apa Merintis Itu?
Merintis berasal dari kata dasar rintis. Merintis berarti membuka jalan kecil (setapak) dengan mene bangi kayu-kayu di hutan. Rintisan ini penting, terutama kalau ada orang lain yang juga berladang di sekitar itu, sehingga mereka masing-masing tahu batas ladangnya. Untuk pemilik ladang sendiri rintisan ini bermakna penting, agar mereka tidak semaunya berhenti sebelum sampai batas atau terus menebas melampaui batas. Semuanya sudah ada aturannya. Singkatnya rintisan ini berarti target dan batas, yang akan dijadikan peladangan atau peumean.
Tahap pertama berladang padi darat atau 'be ume talang' adalah merintis. Merintis adalah cara untuk menentukan luas lahan yang akan digunakan membuat ladang.
MeNebas
Apakah menebas Itu?
Kata menebas berasal dari kata tebas. Arti kata tebas adalah memotong tumbuhan yang kecil-kecil.
Nebas adalah suatu proses pembersihan bakal ume atau ladang padi darat. Menebas hutan artinya membuka hutan untuk ditanami.
Menebas di
sini dapat diartikan proses membersihkan lahan yang nantinya akan
dijadikan sebagai ladang. Dalam proses penebasan ini, biasanya hanya menebangi pohon-pohon kecil dan perdu-perdu saja.
Biasanya proses menebas ini juga menentukan seberapa besar ladang yang akan
dibuat. Menebas merupakan tahap ke-dua kegiatan 'be ume talang'
Bagaimana cara menebas?
Apakah alat yang dipergunakan untuk menebas? Menebas
belukar/hutan adalah kegiatan memotong kayu-kayu kecil atau tumbuhan
perdu dengan menggunakan golok kecil dalam bahasa Lubai disebut pisau penebasan. Semua kayu kecil dan perdu dipotong satu demi satu, sehingga bersihlah lahan untuk dijadikan ladang atau ume.
Dan biasanya kayu kecil dan perdu direbahkan ketanah agar pada saat
menebang kayu besar menjadi mudah untuk melintasinya. Waktu dibutuhkan
untuk menebas kayu besar seluas tanah 1 hektar diperlukan 15 hari.
Kapan pelaksanaan nebas dilaksanakan? Biasanya pelaksanaan nebas pada bulan Mei dan Juni. Proses sesungguhnya pengerjaan ladang dimulai saat menebas. Masa menebas selesai biasanya maksimal dalam waktu satu bulan. Kalaupun target batas rintisan belum terpenuhi, mereka harus berhenti menebas. Agar nanti waktu menebang tidak tertunda.
Apakah ada kegiatan gotong royong pada pelaksanaan nebas? Sejak proses menebas sudah ada kebiasa an "ambek´ahi" atau gotong royong. Ambek ahi adalah sistem gotong royong, hari ini sama-sama bekerja di ladang seseorang dan besok bekerja di ladang rekan lainnya. Adat kebiasaan di Lubai bahwa aturan hitungan "ambek´ahi" adalah "satu ganti satu", artinya satu orang bekerja satu hari diganti satu orang bekerja satu hari pula di tempat lainnya.
Didalam proses be ume talang, menebas
merupakan tahap kedua setelah merintis hutan atau belukar. Aku pernah
ikut ayahanda menebas. Kegiatan menebas asik dan menyenangkan. Namun
kita harus hati-hati jangan sampai, kita bahaya. Misalnya kena bacok
pisau penebasan kekaki, kena jatuhan kayu kecil dari atas pohon.
Jenis Perdu ditebas
Perdu/semak(shrub), tumbuhan mengayu dengan percabangan dekat permukaan tanah atau berbatang lebih dari satju, tinggi umumnya kurang dari 5 m. Contoh: Sikeduduk (Melastoma malabathricum), Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa), keliat, marsepang, pehupuk dan sebagainya. Jenis perdu inilah yang ditebas dibakalan ume.
Kesimpulan
Berladang padi bukan hanya tentang menanam benih dan menunggu hasilnya, tapi juga tentang memahami siklus alam dan kerja keras. Dari memilih waktu yang tepat untuk menanam hingga merintis dan menebas hutan, setiap langkah memerlukan ketelitian dan dedikasi. Dengan memahami proses ini, para petani dapat meningkatkan hasil panen dan menjaga kelestarian lingkungan. Mari kita apresiasi kerja keras para petani yang telah mengubah hutan menjadi ladang subur, tempat tumbuhnya padi yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang.
Demikian cerita be ume pertama ini. Mari kita jadikan pengalaman persiapan berladang ini sebagai inspirasi kehidupan. Semoga ladang ini tetap lestari dan menjadi bagian penting dari identitas kita.
Tahap Penebasan selesai, dilanjutkan Penebangan...!
Post a Comment