Cerume 02
meNebang
Apakah nebang itu?
Kata Menebang berasal dari kata Tebang. Arti kata tebang adalah potong. Apakah menebang itu? Me -nebang adalah proses memotong batang pohon di 'bakalan ume' atau ladang. Menebang biasanya memotong 'batang' pohon, biasanya yang besar-besar. Menebang merupakan tahap ke-tiga kegiatan 'be ume talang'
Pada saat menebang biasanya hanya kaum lelaki yang
pergi ke ladang, karena kaum perempuan biasanya tidak bisa nebang.
Kalaupun perempuan ikut ke ladang, tugasnya hanya untuk memasak makanan,
terutama kalau hari itu "ambek ahi". Proses menebang ini biasanya dilakukan
setelah kegiatan menebas selesai.
Setelah proses menebas selesai, kita punya gambaran batas lahan yang ingin dijadikan ladang atau ume. Yang tersisa dari proses menebas adalah pohon-pohon besar. Mulai dari sebesar betis sampai yang sebesar drum. Menebang belukar/hutan adalah kegiatan memotong kayu-kayu besar atau tumbuhan pepohonan besar, biasa kegiatan menebang dengan menggunakan golok besar dalam bahasa Lubai disebut pisau kimpalan. Semua kayu besar yang tersisa setelah penebasan satu demi satu dipotong, sampai dengan tidak ada lagi pohon yang masih berdirid pada lahan untuk dijadikan ladang atau ume.
Cara menebang pohon
Bagaimana cara menebang batang pohon? Cara menebang pohon kayu besar,
disesuaikan dengan kemiringan batang pohon tersebut. Setiap pohon
kemiringan berbeda, sehingga arah roboh pohon juga akan berbeda.
Penebangn pohon harus tepat misahnya, arah mata pisau kimpalan dimulai dengan kemana arah pohon itu akab roboh.
Zaman dulu waktu diperlukan untuk menebang pohon kayu seluas tanah 1 hektar area diperlukan sebulan lamanya. Saat ini dengan menggunakan gergaji mesin chin chaw, maka waktu diperlukan hanya selama 3 hari saja. Pada waktu dahulu, umumnya menebang ini dilakukan secara gotong royong 'ambek ahi' mengingat pohon-pohon besar yang akan di tebang. Dalam masyarakat Lubai, tradisi "ambek ahi nebang' merupakan hal yang biasa dilaksanakan. Ambek ahi nebang merupakan wujud kebersamaan didalam keluarga pemilik ladang.
Cara menghitung umur pohon
Apabila pohon yang kita tebang, setelah tumbang ada 30 lingkaran tahun yang ada di bekas tebangan itu, dengan pembagian 15 lingkaran hitam dan 15 lingkaran putih yang lebih besar dari lingkaran hitam. Susunannya pun silih berganti antara lingkaran putih dan lingkaran hitam. Dari observasi dan nomenklatur ilmu biologi, bisa diasumsikan bahwa usia pohon tersebut sekitar 15 tahun.
Lingkaran yang warna putih terbentuk di musim penghujan dan lingkaran warna hitam terbentuk di musim kemarau. Sehingga selama setahun, mahoni membentuk 2 lingkaran, hitam dan putih. Hubungan antaran lingkaran putih dan musim penghujan adalah, ketika pohon memiliki ketersediaannyaair yang banyak dan ini juga yang membuat lingkaran putih lebih besar, sementara lingkaran hitam lebih sempit dan lebih tebal, karena jaringannya mengering ketika musim kemarau yang menyebabkan lingkaran menghitam.
Lingkaran tahun adalah fenomena alam yang dimanifestasi suatu tumbuhan
yang memiliki cambium. Dan dengan lingkaran tahun kita dapat menghitung
usia tumbuhan itu sendiri. Jadi, bukan manusia atau hewan saja yang
memiliki 'umur', bahkan beberapa tumbuhan pun tiap tahun merayakan
'ulang tahun nya'.
Jenis pohon ditebang
Gelam(Melaleuca cajuputi), Meranti (Shoreasp), Merawan (Hopea
mangarawan), Medang (Litseaspp.), Manggeris (Kompassiaspp.), Balam
(Palagiumsp.), Jelutung (Dyera cstulata), Surian (Toona sureni), Kulim (Scorodocarpus borneensis), Jelutung (Dyera costulata), Grunggang (Cratoxylum sumatranum), Mahang : (Euphorbiaceae), Laban :
(Verbenaceae), Putat : (Lecythidaceae)
.
Mehedah Hebe
Apakah mehedah hebe itu? Mehedah hebe adalah suatu proses memotong dahan atau ranting kayu besar yang telah di tebang. Rangkaian memotong dahan atau ranting kayu besar yang telah tumbang, dilakukan satu demi satu sampai dengan tuntas. Pada areal bakalan ladang, tidak tersisa lagi dahan ataupun ranting. Kegiatan didalam bahasa Lubai disebut 'mehedah hebe' . Mehedah hebe merupakan tahap ke-empat kegiatan 'be ume talang'
Bagaimana mehedah hebe?
Bagaimana
cara mehedah hebe? Dahan atau ranting pohon yang tumbang setelah
ditebang, dipotong menggunakan golok besar dalam bahasa Lubai disebut pisau kimpalan.
Kegiatan mehedah hebe, suatu proses memotong dahan atau ranting pohon
yang tumbang, satu demi satu sampai dengan tuntas. Proses ini dinamakan
dalam bahasa Lubai disebut 'mehedah hebe'.
Apa tujuan mehedah hebe?
Tujuan mehedah hebe ini adalah agar pada saat pembakaran lahan atau hebe nanti dapat merata, sehingga pembakaran lahan peladangan berhasil dengan baik. Waktu diperlukan untuk mehedah hebe, selama 7 hari. Setelah melakukan pemotongan dahan dan ranting kayu, peladang membiarkan kayu-kayu yang telah dipotong berserta ranting-rantingnya.
Apabila proses mehedah hebe selesai, peladang biasa membiarkan bakalan ladangnya sampai kering. Proses ini dalam bahasa Lubai disebut 'ngampah hebe'. Cerita mengenai mehedah hebe, hanyalah berdasarkan pengalaman ayahanda kami. Saat ayahanda kami, mehedah hebe, aku masih kecil. Sudah tentu aku, belum dapat membantu ayahanda kami mehedah hebe. Namun sampai saat aku menuliskan cerita ini, aku masih teringat pelaksanaan mehedah hebe itu.
mengekas
Apakah Jalan Api itu?
Jalur Api didalam bahasa Lubai disebut Kekas atau Ngekas. Ngekas adalah membuat jalur pemisah antara ladang dengan area luar ladang, lebarnya 1 meter sampai dengan 2 meter. Biasanya proses ngekas ini menggunakan cangkul, sebab biasanya jika terdapat akar serabut atau tumpukan daun yang berada pada jalur ini akan di angkat dan disingkirkan. Batas peladangan dengan tanah milik orang lain disebut 'lentahe ume'. Mengekas 'lentahe ume' me rupakan tahap ke-lima kegiatan 'be ume talang'
Tujuan membuat Jalur Api
Tujuan membuat Jalur Api adalah agar pembakaran areal peladangan 'nunu hebe' dekde melahap ke kebun balam dan sebagainya. Jadi diharapkan api tidak akan menjalar melewati media seperti akar dan daun tadi. Sedangkan jalur api sendiri biasanya dibuat seperti jalur-jalur membujur di luar ladang tadi. Gunanya bila api melewati kekas tadi, setidak nya kita, akan tahu kemana arahnya sehingga memudahkan untuk diantisipasi.
Membuat jalur pembatas api adalah proses
yang amat sangat penting. Mengapa? Karena tujuannya
adalah mencegah terjadi kebakaran di luar area atau lahan yang akan
dijadikan ladang padi darat. Apabila terjadi melahap ke kebun jeme laen,
pacak buleh balak. Begitulah kira-kira maksud dari peladang membuat Jalur Api. Mengantisipasi kebakaran ke tempat lain.
Aku
pernah melihat ayahanda kami, membuat pembatas jalur api. Pembatas
jalur api dalam bahasa Lubai disebut kekas. Membuat jalur api disebut 'ngekas'.
Pembuatan pembatasan jalur api yang aku lihat, saat keluarga kami mem
buat ladang padi darat didaerah Buluh Jawe, desa Jiwa Baru, kecamatan
Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan.
Ladang keluarga kami berbatasan sebelah utara dengan tanah milik wak Sobayah, sebelah selatan dengan tanah milik wak Abu Yaman, sebelah timur tanah milik kakak Hizaz dan sebelah barat tanah milik wak Abu Yaman. Pada lahan berbatasan dengan wak Abu Yaman yang dibuatkan kekas. Ada -pun yang berbatasan dengan tempat lain, diyakin aman tidak akan dilahap api, maka tidak dibuatkan kekas.
Seperti roda kehidupan yang berputar, berladang juga memiliki siklusnya sendiri. Ada masa menebas, menebang, dan membakar. Begitu pula dengan kehidupan, ada kalanya kita berada di bawah, dan ada kalanya kita berada di atas. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita mensyukuri setiap proses nya. Semoga cerita berladang kedua ini, senantiasa memberikan pelajaran berharga bagi kita semua.
Tahap Penebangan selesai, dilanjutkan Pembakaran...!
Post a Comment