Cersan 08

burung perkutut bersuara merdu
Emrizal,
adikku yang tinggal di desa Jiwa Baru, Lubai, kabupaten Muara Enim,
Sumatera Selatan, memberiku hadiah yang sangat spesial pada bulan Juli
2023. Seekor burung perkutut dengan tubuh yang besar dan suara yang
merdu menghiasi hari-hariku. Suaranya yang khas, "aaak, aaak, aaak"
terkadang diselingi dengan "perkutut, tut, perkutut, tut, perkutut, tut" membuatku tak pernah
bosan mendengarnya.
Saya
sangat menyayangi burung itu dan selalu berusaha merawatnya dengan
baik. Ketika Emrizal memberikannya kepadaku, saya langsung merasa ada
ikatan yang kuat antara kami. Saya bahkan mem bawanya bersamaku ketika
pindah ke kota Bandar Lampung, jauh dari desa asalnya.
Tapi, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Pada bulan Maret 2025, malapetaka
terjadi. Burung kesayanganku itu hilang, diambil oleh seseorang tanpa
sepengetahuanku. Saya merasa sangat sedih dan kehilangan sesuatu yang
berharga. Kenangan manis bersama burung perkutut itu kini hanya menjadi
kenangan pahit yang sulit untuk dilupakan.
Saya
masih ingat hari itu, ketika saya membuka jendela kandang untuk memberi
makan dan membersihkan kotoran burung perkutut kesayanganku. Tapi, saat
itu, saya merasa ada yang tidak beres. Kandang itu terbuka, dan burung
perkutut itu tidak ada di dalamnya. Saya langsung panik, mencari-cari di
sekitar rumah, memanggil namanya, tapi tidak ada jawaban.
Saya teringat penggalan bait syair lagu perkutut dari OM. Pengabdian, Pimpinan : Alwi Hasan.
Perkutut, burung perkutut,
Bersiul, sambut menyambut,
Hilangkan pikiran kusut,
Agar badanmu, tidak susut.
Saya
merasa seperti kehilangan sebagian dari diri saya sendiri. Saya
terus-menerus memikirkan bagaimana bisa hal ini terjadi. Apakah saya
lupa mengunci kandang? Apakah ada orang yang tidak bertanggung jawab
yang mengambilnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran
saya.
Saya
mencoba menghubungi tetangga-tetangga, berharap ada yang melihat
sesuatu. Tapi, tidak ada yang tahu apa-apa. Saya merasa sedih dan putus
asa. Burung perkutut itu bukan hanya hewan pelihara an, tapi juga teman
yang setia mendengarkan saya berbicara dan menyanyikan lagu-lagu
favoritnya.
Saya
terus mencari-cari, berharap bisa menemukan burung perkutut itu
kembali. Saya memasang poster di sekitar kota (he, he, he, ini cuman bercanda) berharap ada yang
melihatnya. Tapi, hari-hari berlalu, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan
dari burung kesayanganku itu.
Saya
merasa seperti kehilangan sebagian dari kenangan manis dengan adik
saya, Emrizal, yang memberikannya kepadaku. Saya berharap suatu hari
nanti, saya bisa mendengar suara "aaak, aaak, aaak" atau "perkutut, tut, perkutut, tut" lagi, tapi untuk sekarang, saya hanya bisa menahan sedih dan
berharap yang terbaik.
Demikian, semoga menjadi peringatan bagi yang punya hati-hatilah menjaga hewan peliharaan-nya.
Salam interaski.
Post a Comment