Header Ads

Cersan 07

Media dibuat oleh meta.ai 
 sepasang anak burung beo
Burung adalah juga makhluk Allah yang paling eksotis, dengan keindahan warna dan bulu-bulunya juga keindahan nyanyian yang disuarakannya. Cerita sepasang anak Burung Beo, diawali dengan ketika bagaimana kami mendapatkannya.
 
Pada tahun 1968, keluarga kami membuat ladang padi di Hutan Buloh Jawe (Bambu Jawa), suatu kawasan hutan milik keluarga saya yang terletak di desa Baru Lubai, kecamatan Prabumulih, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Hutan yang dijadikan ladang padi oleh orangtua kami tersebut berbatasan dengan kebun karet milik Kakak Hijaz, kebun karet milik Wak Abu Yaman bin Hi. Abdur Rohim bin Kenaraf, Hutan Rimba milik wak Sainubah. 


Sarang Burung Beo

Pada tahun 1969 setelah selesai panen padi, buah padi telah habis dituai dengan ani-ani. Kini nampaklah batang-batang padi yang kering berdiri tanpa buah. Orang tua kami, selain menanam padi juga menanam jawawut, anjelai, gandum, dan pohon Karet. Panen padi telah berlalu, kini yang masih ada buah tanaman lainnya. 
 
Nun jauh disana ditengah ladang padi, ada sebatang pohon Meranti berdiameter 75 centi meter, telah meranggas tanpa daun sehelai pun. Perhatian kami (penulis dan kakak Iskandar) tertuju pada pohon Meranti ini, dikarenakan hampir tiap hari sepasang burung Beo dewasa hinggap pada lubang pohon Meranti tersebut. Setelah kami amati, ternyata pada ketinggian 4 meter jaraknya dari atas permukaan tanah, pada lubang pohon Meranti itu ada sarang burung Beo. 
 
Saya memperhatikan induk burung Beo tersebut terbang menuju sangkarnya, membawakan makanan untuk anak-anaknya. Pada sarang diatas pohon Meranti itu,  anak burung beo tinggal di dalamnya. Ada dua ekor burung beo. Mereka adalah anak beo jantan dan anak beo betina. Anak-anak burung beo menunggu induk beo. Mereka merasa lapar. Anak beo jantan berkata,”Kebile umak kan balek?" maksudnya "Kapan Ibu akan pulang?".

Lima menit kemudian, mereka melihat induk beo. “Umak balek" maksudnya "Mama pulang!” kata anak beo betina. Ibu beo mendarat di atas sarang. Dia membawa dua buah ceri di paruhnya. Dia memberikan satu ceri kepada masing-masing anak beo. “Cerinya sangat enak!” kata anak beo jantan. Anak-anak beo memakan ceri sangat cepat. Anak-anak beo berkata,”Terima kasih Ibu!” Lalu anak beo itu beristirahat.

Anak beo diambil kami

Setelah menunggu beberapa minggu pada usia ke 5 minggu, sepasang anak burung Beo diambil dari sarangnya. Kakak Iskandar memanjat pohon Meranti dengan menggunakan tali dari akar yang kokoh. Ibu dan Ayah burung Beo terbang kesana kemari, dengan suara kicau-kicaunya. Mungkin mereka sangat khawatir, akan keselamatan anak-anaknya. Namun niat kami sudat bulat, ingin memelihara anak burung Beo, sehingga kami tidak menghiraukan kicau-kicauan kedua induknya.

Kami sangat gembira ketika melihat pada sarang, terdapat sepasang anak burung Beo yang sudah tumbuh bulu-bulu pada tubuh dan sayap-sayapnya. Kedua anak burung Beo tersebut sangat lucu, ketika membukakan mulutnya meminta makanan dari kami. 
 
Kakak Iskandar dan saya sangat menyukai anak burung beo tersebut dan memutuskan untuk membawanya pulang untuk dipelihara. Kami berhati-hati mengambil anak burung beo dari sarangnya dan membawanya ke rumah. Di rumah, mereka membuat kandang yang nyaman untuk anak burung beo tersebut dan memberinya makanan serta minuman. 

Makanan diberikan

Beo termasuk burung yang mudah jinak dan cepat akrab dengan manusia. Rasa ingin tahunya sangat besar menjadi salah satu sebab mengapa ia mudah bersahabat dengan manusia, terutama yang me -meliharanya. Kami sebenarnya tidak tau apa makanan yang tepat untuk sepasang anak burung Beo ini. Anak burung Beo kami, selalu diberi makanan biji-bijian yaitu buah Salam dan buah Cabai Rawit. Makanan jenis lainnya kami tidak pernah memberikan, dikarenakan pengetahuan kami dalam hal ini sangat terbatas. Makanan favorit burung beo mencakup berbagai macam biji-bijian, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan beberapa jenis serangga. 

Perawatan harian 

Kebersihan kandang selalu kami jaga, agar terbebas dari cemaran kotorannya sendiri, tungau, kutu, semut, jamur, bakteri, dan penyakit lainnya. Setiap minggu sepasang anak burung Beo kami mandikan, dijemurkan pada pagi hari. 
 
Anak burung beo tersebut tumbuh dengan baik di bawah perawatan Kakak Iskandar dan saya. Mereka belajar berbicara dan meniru suara-suara yang mereka dengar. Kakak Iskandar dan saya sangat menyukai anak burung beo tersebut dan merawatnya dengan baik. Kami berdua, serta adik-adik yang pun sangat bahagia memiliki teman baru yang lucu dan cerdas.

Seiring waktu, anak burung beo tersebut menjadi bagian dari keluarga Kakak Iskandar dan saya. Mereka bermain bersama, belajar bersama, dan memiliki kenangan indah bersama. Kakak Iskandar dan saya sangat menyayangi anak burung beo tersebut dan berjanji untuk selalu merawatnya dengan baik. 

makan nasi dicampur garam

Dikarenakan ketidak tauan kami, pada suatu hari sepasang anak burung Beo peliharaan kami diberi makanan nasi dicampur dengan garam. Kami memperkirakan dengan memberi makan nasi dicampur garam ini, maka pertumbuhan semakin besar. Usia burung Beo peliharaan kami telah 24 minggu, suara kicau semakin besar dan semakin jinak.

Namun betapa terkejutnya kami, ketika melihat sepasang anak burung Beo itu kemarin masih segar, masih berkicau merdu, hari ini tubuhnya telah menjadi kaku dikarenakan darahnya telah membeku. Hati kami menjadi pilu, ada rasa sedih, ada rasa bersalah menjadi satu. Hari itu diakhir tahun 1969, didesa tempat kelahiran penulis, sepasang burung Beo telah mati.

Demikian, sepenggal cerita sepasang anak burung Beo milik keluarga saya. Kami sangat berkesan, dengan kedua burung beo ini.
 
Salam interaksi. 

Tidak ada komentar

Cerewet 11

  Kejadian lucu itu masih teringat jelas sampai sekarang. Saat itu tahun 2019, kami sekelompok teman memutuskan untuk berkunjung ke Bantul...

Diberdayakan oleh Blogger.