Cerume 09
Di
Desa Baru Lubai, kecamatan Prabumulih, kabupaten Muara Enim, Sumatera
Selatan, Ayahanda kami, M. Ibrahim, memulai perjalanan panjang menanam
padi di ladangnya yang luas. Musim menanam padi telah tiba, dan beliau
beserta keluarga siap bekerja keras untuk menuai hasilnya.
Pertama-tama,
Ayahanda kami melakukan proses menebas, membersihkan lahan dari
semak-semak dan tanaman liar yang tumbuh setelah musim sebelumnya.
Dengan parang dan sabit di tangan, beliau dan anak-anaknya, Iskandar,
Nus Asmara, Amrullah, dan Mustaqim, bekerja sama membersihkan lahan. Ibu
Nafisyah, istri Ayahanda kami, juga ikut membantu, membawa air dan
makanan untuk keluarga yang bekerja keras di ladang.
Setelah
lahan bersih, Ayahanda kami memulai proses menebang pohon-pohon kecil
yang tumbuh di lahan. Dengan kapak yang tajam, beliau menebang
pohon-pohon tersebut, sementara anak-anaknya membantu mengumpulkan
kayu-kayu yang telah ditebang. Kayu-kayu tersebut nantinya akan
digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak atau dijual.
Setelah
menebang, lahan siap untuk dibakar. Ayahanda kami dan keluarganya
membakar jerami dan sisa-sisa tanaman yang telah ditebang. Api yang
membakar jerami dan sisa-sisa tanaman tersebut membersihkan lahan dari
hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman padi. Ibu Nafisyah dan
anak-anaknya membantu mengawasi api, memastikan bahwa api tidak menyebar
ke area lain.
Setelah
lahan dibakar dan dingin, Ayahanda kami memulai proses menanam padi.
Beliau dan keluarganya menanam benih padi yang telah disiapkan
sebelumnya, dengan harapan bahwa benih tersebut akan tumbuh menjadi
tanaman padi yang subur dan berbuah lebat. Selain menanam padi, Ayahanda
kami juga menanam tanaman lainnya seperti Keladi, Ubi Jalar, Ubi Kayu,
dan Jagung. Tanaman-tanaman tersebut menjadi sumber pendapatan tambahan
bagi keluarga.
Setelah
beberapa bulan, tanaman padi mulai menguning dan siap untuk dipanen.
Ayahanda kami dan keluarganya bekerja keras memanen padi dengan sabit.
Mereka memotong batang padi, mengikatnya menjadi ikatan, dan membawanya
ke rumah untuk diolah menjadi beras. Iskandar, sebagai anak sulung,
membantu Ayahanda kami memanen padi, sementara Nus Asmara, Amrullah, dan
Mustaqim membantu mengumpulkan padi yang telah dipanen.
Pemanenan
padi selalu menjadi momen yang sangat dinantikan oleh keluarga. Mereka
bekerja sama, bergotong-royong, untuk memanen hasil kerja keras mereka.
Setelah pemanenan, keluarga dapat menikmati hasil kerja keras mereka,
baik dalam bentuk makanan maupun pendapatan. Ayahanda kami dan Ibu
Nafisyah sangat bangga dengan anak-anaknya yang telah membantu mereka
dalam proses menanam dan memanen padi.
Dengan
demikian, perjalanan menanam padi di Desa Baru Lubai telah selesai.
Ayahanda kami dan keluarganya telah bekerja keras untuk menuai hasilnya,
dan mereka dapat menikmati hasil kerja keras mereka. Semoga cerita ini
dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menghargai kerja keras dan
nilai-nilai keluarga.
Post a Comment