Header Ads

Cerper 09

Keterangan foto tidak tersedia.

Tanggal 15 Juni 2008 Malam Senin
Kembali keperantauan

Pulang kampung bukan hanya tentang bertemu keluarga, tapi juga tentang merenungkan diri dan merencanakan masa depan. Setelah beberapa lama melihat keindahan kampung halaman, kami serombongan berangkat kembali ke perantauan. Dari desa Jiwa Baru, tepat pukul 21.00 WIB, kakak Haji Rizwan mengantar kami dengan kendaraan roda 4. Tiba di Stasiun Pagar Gunung - Lubai kami masih harus menunggu kedatangan Kereta Api Limex Sriwijaya dari stasiun Kertapati Palembang menuju stasiun Tanjung Karang.

Pengalaman pulang dari kampung ke kota dengan kereta api seringkali menjadi cerita tersendiri. Bagi banyak orang, terutama yang merantau, perjalanan pulang kampung dengan kereta api bukan sekadar transportasi, tapi juga bagian dari tradisi dan momen yang dinantikan. Tidak percaya, mari ikuti cerita kami, cerita perjalanan merantau.

Stasiun Pagar Gunung, bukanlah stasiun yang besar, sehingga tidak ramai dengan orang-orang yang mudik, tentu juga tidak banyak barang bawaan, dan suasana yang penuh saat kami menunggu aktivitas ini biasa-biasa saja. Hanya sinar rembulan yang menyapa kami, oh rembulan engkau jauh disana, kata hatiku. Menunggu adalah salah satu aktivitas yang membosankan, kecuali saat menunggu gaji bulanan, tidak membosankan, bahkan selalu dinantikan.

Bagi sebagian orang, perjalanan dengan kereta api bisa membangkitkan kenangan masa kecil saat pulang kampung bersama keluarga. Saat ini kedua orangtua kami, telah tiada. Telah kembali ke asalnya, dari Allah - kembali ke Allah. Maka pada malam yang sunyi ini, sambil menunggu kedatangan kereta api Limex dari Palembang "merenungkan saat pergi pertama" pada tahun 1971. Tanpa dihitung maksud nya tanpa disadari telah 37 tahun, saya hidup di tanah perantauan.

Cerita pulang dari kampung ke kota dengan kereta api tidak hanya tentang transportasi, tetapi juga ten tang pengalaman, kenangan, dan cerita yang mewarnai perjalanan hidup kami sebagai perantau. Tanpa angkutan umum, bagaimana pulalah ingin kembali.

Cerita ini, berlanjut ketika kereta api dari Palembang datang, dengan suara klakson-nya atau lonceng nya. Kami terhentak kaget, dari lamunan sejak kecil hidup diperantauan. Selanjutnya, saya akan men -ceritakan kereta api yang penuh sesak walaupun kami membeli tiket ternyata tidak kebagian duduk tempat duduk. Ala mak, nasib anak perantauan. Akhirnya saya berinisiatif tidur, dibawah antara kursi. 
 
Hiruk pikuk suara penumpang, saya terbangun dari tidur. Melihat apakah ada tempat duduk yang kosong, kesana kemari mata saya mengamati. Ada yang kosong, eh... nanti dulu, lihat penumpang duduk itu, dia sedang tertidur, mana mungkin saya membangunkan, untuk numpang duduk disebelahnya.
 
Pulang dari kampung, seringkali membawa oleh-oleh khas daerah dan segudang cerita yang akan dibagi kan kepada teman-teman di kota. Cerita derita naik kereta api Limex, membeli tiket namun tidak kebagian tempat duduk. Salah tidak menyalahkan siapa-siapa, saya hanya menyadari betapa kecilnya saya ini. Saya bukan siapa-siapa, jadi tidak mungkin akan mendapatkan sesuatu layanan yang istimewa.
 
Tanggal 16 Juni 2008, hari Senin
tiba di bandar lampung


Pagi hari Senin pagi, kami telah sampai di stasiun Tanjung Karang - kota Banda Lampung, tempat tinggal kami tercinta. Tepat pukul 06.30 WIB telah sampai di rumah kami, keluarga Lubara atau Lubai Rambang. Dirumah inilah, saya bertempat tinggal hidup di tanah perantauan.
 
Beberapa kata yang cocok untuk menggambarkan keindahan pagi hari ini : udara tempat tinggal kamisejuk, segar bugar anak-anak kami, cerahnya sang mentari pagi, tenang dihati kami, damai suasana bathin, hangatnya sambutan keluarga, berseri indah senyum ketulusan dari sanak keluarga, semuanya kata-kata sedikit menggambar saat saya tiba dirumah kembali. 
 
Itulah sedikit cerita dari dari kampung halaman menuju tempat perantauan. Banyak hal yang ingin diceritakan, namun mungkin tidak cukup unruk ditulis di sini. Semoga cerita ini bisa sedikit menghibur dan memberikan semangat. Sampai jumpa di lain waktu!
 
Salam interaksi. 

Tidak ada komentar

Cerewet 11

  Kejadian lucu itu masih teringat jelas sampai sekarang. Saat itu tahun 2019, kami sekelompok teman memutuskan untuk berkunjung ke Bantul...

Diberdayakan oleh Blogger.