Stasiun kereta api "Batu Raja"
Merantau, bukan hanya tentang pindah tempat, tapi juga tentang mengubah
cara pandang. Di blog ini, saya akan bercerita tentang bagaimana saya
menghadapi perjuangan ikut orang tua merantau, berkebun kopi di daerah desa Air Naningan - kabupaten Lampung Selatan.
Tanggal 19 April 1975, Hari Sabtu
Kembali keperantauan
Setelah beberapa hari menjelajahi jejak masih masa kecil, setiap sudut kampung halaman desa Baru Lubai dan Kurungan Jiwa telah saya telesuri, penuh dengan kenangan indah. Kami akhirnya kembali lagi, ketanah perantauan. Kondisi saat itu belum ada angkutan umum dari desa tercinta untuk kota Prabumulih. Kami akhirnya mendapatkan tumpangan kendaraan truk pengangkut barang ke PT. Pertamina Prabumulih.
Pengalaman naik truk itu unik dan berbeda-beda tergantung jenis truk dan kondisinya. Beberapa orang mungkin merasa naik truk itu seperti naik kendaraan lain, hanya saja ukurannya lebih besar dan mung kin lebih banyak guncangan. Yang lain mungkin merasakan sensasi yang mendebarkan, terutama saat melewati jalan yang menantang atau kondisi cuaca ekstrem.
Secara keseluruhan, pengalaman naik truk bisa menjadi pengalaman yang menarik dan menantang, memberikan perspektif yang berbeda tentang perjalanan dan kehidupan di jalan raya. Begitupun pengalaman saya dan kakak kami Iskandar bin M. Ibrahim.
Tanggal 20 April 1975, Hari ahad
Kembali keperantauan
Perjalanan
pergi ke tanah perantauan dimulai dari stasiun Prabumulih menuju stasiun
Tanjungkarang, kami berangkat dengan menaiki
Kereta Api Limex. Pengalaman naik kereta api
bisa sangat beragam, dari yang menyenangkan dan penuh pemandangan
indah, hingga yang kurang nyaman karena penuh sesak. Beberapa
orang merasa naik kereta api adalah pengalaman yang seru dan tak
terlupakan, terutama saat pertama kali atau saat melewati pemandangan
yang menarik. Namun, ada juga yang merasa kurang nyaman karena kondisi kereta yang penuh atau kurang bersih. Apapun kondisinya saya dan kakak kami tetap menikmati perjalanan pergi ketanah perantauan ini. Karena disanalah tumpuan hidup, keluarga besar kami.
Perjalanan naik kereta api biasanya diawali melihat kekiri kanan, namun lama-lama datang kantuk sehinga saya tertidur. Perjalanan dengan kereta api menawarkan pengalaman indah dengan pemandangan yang memukau. Pemandangan kebun karet, hutan belukar, kayu menteru, dan bahkan ber bagai jenis pohon lainnya dinikmati selama perjalanan. Kereta api juga menyediakan fasilitas yang nyaman dan kuliner khas yang bisa menambah kenikmatan perjalanan.
Tanpa disadari kami telah tiba di stasiun Tanjungkarang. Sinar mentari pagi, seakan menyambut kedatangan kami para penumpang kereta api. Rata-rata waktu tempuh yang kamu butuhkan untuk perjalanan dari Prabumulih ke Tanjungkarang adalah 5 jam 5 menit dengan menggunakan kereta api.
Tanggal 21 April 1975, Hari seninTiba kembali Area Perkebunan
Berangkat dari Tanjungkarang, kami naik Angkutan Umum menuju Talang Padang, tepat pukul 11.00 WIB, kami telah sampai ditempat tujuan. Setelah sampai di Talang Padang, kamipun makan siang dan istirahat sebentar. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan kembali menuju desa Air Naningan. Berangkat dari Talang Padang, dengan menggunakan Angkutan Umun menuju desa Air Naningan, tepat pukul 01.30 WIB, kami telah sampai di tempat tujuan. Selama dalam perjalanan pulang kampung, tidak mengalami adanya hambatan sehingga kami sampai dengan selamat.
Dari perantauan ini, saya belajar banyak tentang arti kehidupan, tentang kekuatan diri sendiri, dan ten tang betapa berharganya keluarga dan kampung halaman. Semoga cerita ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang pengalaman merantau. Jangan pernah menyerah pada mimpi, dan selalu ingat untuk tidak melupakan akar. Sampai jumpa di lain kesempatan, semoga sukses selalu untuk kita semua!
Demikian, semoga bermanfaat.
Kata kunci : Certau - Cerita, Merantau
Post a Comment