Header Ads

Cerper 07

 Keterangan foto tidak tersedia.

Istilah merantau sendiri berasal dari bahasa dan budaya Minangkabau yaitu "rantau". Kata rantau pada awalnya bermakna: wilayah-wilayah yang berada di luar wilayah inti Minangkabau (tempat awal mula peradaban Minangkabau). Merantau adalah perginya atau perpindahan seseorang untuk meninggalkan tempat dimana ia berasal atau dilahirkan dan ia tumbuh besar menuju suatu wilayah lain, guna menjalani kehidupan baru maupun untuk sekedar mencari pengalaman hidup atau pekerjaan.

Perjalanan ini masih panjang, dan aku terus melangkah dengan harapan. Semoga setiap langkahku di perantauan ini bisa memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Doakan aku agar selalu diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani kehidupan di sini. Mari kita terus saling mendukung dan menginspirasi!

Cerita pergi merantau biasanya berisi pengalaman hidup di perantauan. Cerita ini bisa berupa suka duka, tantangan, dan pelajaran yang didapatkan selama merantau. Akan tetapi saya hanya bercerita tentang perjalanan kami pergi ke tanah perantauan.

Singkat cerita tentang alasan mengapa saya menulis cerita ini, ingin berbagi informasi kelanjutan cerita skami pulang kampung ke desa Jiwa Baru, Lubai ke enam kalinya sejak pergi merantau. Waktu telah menunjukan pukul 16.30 WIB, kamipun segera beranglat menuju kota Palembang. Pengalaman pribadi penulis, setiap akan pergi merantau selalu terkenang akan kampung halaman. Disana saya dilahirkan, disana saya belajar membaca, menulis dan menghitung. Calistung pertaman diajarkan, sejak dari desa ini. Jadi rasional apabila, saya menulis sedikit cerita ini.

Deskripsi singkat tentang cerita perjalan ini, kami serombongan berangkat dari desa Jiwa Baru - Lubai menuju desa Pagar Gunung, Beringin, Suka Merindu, Tibalah kami di kota Prabumulih. Kota sering disebut dengan kota nanas. Mengapa demikian, bisa saja dikarenkan dahulu kala disini banyak yang bertani nanas, sehingga menjadi mata pencarian.

Roda kendaraan berputar dengan kecepatan yang sedang-sedang saja, seperti judul lagu Vety Vera. Terlalu cepat, jangan. Terlalu lambat, jangan. Oh, kalau begitu harus bagaimana, ya? Yang sedang-sedang saja, syair sedang untuk diaplikasi apabila kita sedang berpergian. 

Tanpa disadari oleh kami, kendaraan yang kami tumpangan telah sampai di Lembak, Gelombang, Pemulutan, Jembatan Musi 2, kendaraan diarahkan ke Talang Ratu, Kota Palembang. Waktu saat itu, telah menunjukan pukul 20.00 WIB. Kamipun, telah tiba dengan selamat. Alhamdu lillah, atas karunia yang diberikan Allah Ta'ala kepada kami semua.

Demikian, cerita singkat ini, tidak ada yang istimewa. Seperti lagu tadi, yang sedang-sedang saja.

Salam interaksi. 



Tidak ada komentar

Cerewet 11

  Kejadian lucu itu masih teringat jelas sampai sekarang. Saat itu tahun 2019, kami sekelompok teman memutuskan untuk berkunjung ke Bantul...

Diberdayakan oleh Blogger.