Header Ads

Cerewet 05

 Media dibuat oleh meta.ai

tanah di Sepape

Apa Sungai Sepape itu?

Sungai Sepape adalah sungai kecil, yang mengalir ke sungai Lubai. Walaupun sungai Sepape hanyalah sebuah sungai kecil, namun sangat bersejarah didalam kehidupan nenek moyang kami.

Dimana lokasi sungai Sepape itu?

Sungai 'Batangahi Sepape' terletak di desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan.

Bagaimana kondisi sungai Sepape itu?

Sungai Sepape apabila sedang musim kemarau, maka airnya kering. Hanya sebagiannya saja, yang ada genangan airnya. Sungai ini  akan digenangi air kembali, setelah sungai Lubai banjir. Sungai Lubai banjir atau rawang dalam bahasa Lubai, biasanya pada bulan Desember setiap tahunnya.

Bagaimana sejarah sungai Sepape itu?

Pada tahun 1970-an disungai ini merupakan tempat mencari ikan. Keluarga besar kami ada sebuah bendungan pada sungai ini, kami menyebutnya 'tebat sepape'. Di sepanjang Daerah Aliran Sungai 'DAS' Sepape terdapat tanah lahan pertanian yang potensial. Dahulu sepanjang DAS Sepape terdapat kebun Karet yang dikelola oleh rakyat Desa Jiwa Baru Lubai. Keluarga kami, memliki lahan pertanian seluas 300.000 meter persegi atau 30 hektar area.

Seiring dengan perkembangan zaman, warga Lubai yang dilanda euforia Informasi dan Komunikasi yang mengakibat sebagian masyarakat ada yang melupakan adat istiadat yang berlaku. Akibatnya suatu saat Sungai Sepape akan hilang ditelan Zaman. Hak penguasaan dan pengelolaannya semula milik warga Jiwa Baru, berpindah menjadi milik Perusahaan yang bermodal. Dan sebagian lagi berpindah tangan kepada para pendatang.

Sungguh ironis, masyarakat desa Jiwa Baru tidak dapat mempertahankan peninggalan nenek moyangnya. Yang sangat menyedihkan terdapat hak-hak warga Lubai yang merantau, dirampas begitu saja dengan dalih lahan terlantar. Di - antaranya lahan pertanian milik keluarga kami, telah hilang ditelan alam.

Maafkan aku, nenek moyang kami yang telah memberikan peninggalan berupa Sungai Sepape dan Lahan pertaniannya. Karena aku tidak mampu mempertahankan hak penguasaaan tanah yang telah engkau warisan kepadaku berserta saudara-saudaraku. Saudara secara biologis maupun saudara yang satu ideologis.

meninjau tanah di sepape
 
Pada hari Rabu, tanggal 11 Agustus 2010, pukul 15.30 WIB, Saya, Amrullah Ibrahim, bersama rombongan keluarga berangkat menuju lokasi tanah warisan nenek moyang kami di dekat Sungai Sepape. Kami serombongan terdiri dari Paman Sukardin bin Wakif yang bijak, Ayuk Nur Asmara dengan senyum hangatnya, Kakak Ridwan bin Abdullah yang penuh semangat, Arios bin Sukardin dengan rasa ingin tahunya yang besar, dan Ferdy bin Amrukkah Ibrahim yang penuh energi.
 
Saat kami tiba di lokasi, kami disambut oleh pemandangan alam yang indah dan udara yang segar. Tanah yang luas dan subur ini telah menjadi milik nenek moyang kami selama ratusan tahun. Namun, belakangan ini, ada beberapa orang yang mengklaim bahwa tanah di sekitar Tebat Sepape adalah milik mereka. Klaim ini sangat ironis dan membuat kami merasa tidak percaya.
 
"Aku tidak mengerti, bagaimana bisa ada orang yang mengklaim tanah ini sebagai miliknya?" kata Paman Sukardin dengan nada yang skeptis. "Tanah ini telah menjadi milik kami selama ratusan tahun. Jika ada yang mengaku memiliki hak atas tanah ini, maka mereka harus menjelaskan bagaimana ceritanya mereka memiliki hak tersebut."
 
Kami semua setuju dengan pendapat Paman Sukardin. Kami bertekad untuk mempertahankan hak kami atas tanah ini dan memastikan bahwa tidak ada orang yang dapat mengklaimnya sebagai miliknya tanpa bukti yang jelas. Dengan semangat dan tekad yang kuat, kami siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang mungkin timbul.

Setelah melihat hamparan hutan kecil yang dialiran sebuah kecil yaitu Sungai Sepape. Aku terkenang kembali saat mencari jamur kuping rusa dan jamur kayu pelawan. Pada tahun 1970-an aku diajak menemani ibunda kami mencari jamur dikawasan ini. Sangat disayangkan lahan ini, telah beralih penguasaanya. Kami meninjau kawasan ini sejak pukul 15.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.


Tidak ada komentar

Cerewet 11

  Kejadian lucu itu masih teringat jelas sampai sekarang. Saat itu tahun 2019, kami sekelompok teman memutuskan untuk berkunjung ke Bantul...

Diberdayakan oleh Blogger.