Cerpul 01
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السلام عليكم
Pulang kampung ke 1 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Baru Lubai di Kecamatan Prabumulih Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempat an ini merupakan yang pertama.
Setelah setahun lamanya penulis mengikuti orangtua pergi merantau ke Sekampung kuning desa Air Naningan Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung, penulis ajak Ayahanda untuk pulang kampung.
Tujuan perjalanan pulang kampung :
Menjemput Kakak perempuan kami Nur Asmara binti M. Ibrahim, yang tinggal dirumah paman Muhammad Haris bin Wakif di Prabumulih. Rumah paman tidak jauh dari Bioskop Nasional Prabumulih.
Selain misi menjemput Kakak perempuan kami, pada kesempatan pulang kampung kali ini penulis dan Ayahanda membawa alat-lat pertanian yang diperlukan seperti Gergaji besar dan mengambil bibit kopi tanaman kakek Wakif bini Kenaraf di desa Kurungan Jiwa.
Catatan perjalanan ini merupakan sekelumit cerita, penulis melakukan aktivitas selama melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun 1972.
Tanggal 10 Juni 1972, Hari Sabtu
Rute perjalanan pertama : Air Naningan - Talang Padang.
Rute perjalanan kedua : Talang Padang - Tanjung Karang.
Selanjutnya perjalanan kami pulang kampung, kembali naik Angkutan Umum tepat pukul 14.00 kami berangkat dan tiba di Tanjungkarang hari sudah sore yaitu pukul 16.30 WIB. Jarak tempuh cukup lama ini dikarenakan kondisi jalan yang kurang baik, saat itu. Dan biasalah angkutan umum, cari penumpang di jalanan tentunya memerlukan waktu tambahan untuk sampai tujuan.
Rute perjalanan ketiga : Tanjung Karang - Prabumulih.
Perjalanan kampung masih perlu dilanjutkan kembali. Oleh karena itu, perjalanan dari Tanjungkarang menuju Prabumulih, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan kami naik kereta api. Adapun kereta yang kami naiki dinamakan Kabat "Kereta Barang"disertai 2 gerbong penumpang. Kereta ini dari Tanjungkarang sampai Baturaja ditarik oleh Lokomotif menggunakan bahan baku Solar dan dari Baturaja sampai Kota Palembang lokomotifnya diganti dengan kereta uap menggunakan bahan bakar Batubara.
Waktu menunggu keberangkatan kereta api cukup lama, saya dan ayahanda kami beristirahat di stasiun Tanujung Karang. Setelah menunggu beberapa lama keberangkatan kereta api, akhinya tepat pukul 22.00 WIB kereta api mulai bergerak, berangkat menuju ke stasiun-stasiun lainnya.
Tanggal 11 Juni 1972, Hari Ahad
Menginap di Prabumulih
Perjalanan pulang kampung ini, cukup membuat fisik letih, namun hati gembira. Kami tiba di Prabumulih Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan pukul 22.00 WIB, suatu perjalanan yang melelahkan yaitu selama sehari semalam, hal terjadi dikarenakan Kereta Api masih kuno dan banyaknya berhenti disetiap stasiun;
Setelah berjalan kaki dari Stasiun Prabumulih menuju rumah Kakak Biul Burlian, saat itu beliau adalah Pesirah Rambang Kapak Tengah 2. Waktu telah menunjukan pukul 22.15 WIB, ayahanda kami minta izin kepenjaga rumah, isi dialognya sebagai berikut :
- Penjaga : Bapak darimana dan mau ketemu siapa?
- Ayahanda : kami dari Tanjungkarang hendak ketemu Kakak Biul Burlian.
- Penjaga : Apa tujuan bertamu kesini?
- Ayahanda : Kalau kami ini, bukan saudara dekat, tidak mungkin sudah larut malam begini berani bertamu kerumah Pesirah Rambang Kapak Tengah.
Setelah berdialog dengan petugas keamanan dengan ayahanda kami akhirnya petugas keamanan membangunkan penghuni rumah Kak Biul Burlian dan memberitahukan bahwa ada tamu dari Tanjung Karang, Provinsi Lampung;
Tanggal 12 Juni 1972, Hari Senin
Rute perjalanan ke empat : Prabumulih- Baru Lubai.
Pagi hari ini, kami pulang kampung ke desa Baru Lubai, untuk melanjutkan perjalanan dengan naik angkutan umum. Adapun paling utama adalah untuk melihat kondisi rumah yang telah ditinggalkan merantau selama setahun.
Penulis terdiam sejenak melihat ruang demi ruang tempat penulis dibesarkan dan bermain. Setiap sudut rumah peninggalan kakek Haji Hasan bin Aliyakim di kampung halaman menyimpan kenangan indah yang takkan pernah bisa terlupakan.
Kami selanjutnya mengumpulkan barang barang yang dibutuhkan, untuk dijadikan alat pertanian di desa Air Naningan, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Kondisi rumah dan peralatan masih tertata rapi, belum ada yang hilang.
Akhir cerita, misi pulang kampung berhasil. Selama 3 hari kami perjalanan pulang kampung, kami berdua dalam kondisi sehat wal afiat. Ayuk kami Nur Asmara ikut serta merantau dan peralatan per tanian yang dibutuhkan juga tersedia, ikut serta juga dibawa merantau.
Demikian, semoga bermanfaat.Salam interaksi.
Kata kunci : Cerpul - Cerita pulang kampung
Post a Comment