Header Ads

Cerpul 05

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السلام عليكم 
Rumah pugok Wakif bin Kenaraf

Pulang kampung ke 5 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Baru Lubai di Kecamatan Prabumulih Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempatan ini merupakan yang kelima. 
 
Setelah dua puluh tahun lamanya penulis mengikuti orangtua pergi merantau. Keluarga besar penulis saat ini berdomisili di Jalan Wibisono Nomor : 47 Tanjungkarang Kota Bandar Lampung Provinsi Lampun, penulis diajak Kakak sulung pulang kampung. 
 
Tujuan pulang kampung :
Misi pulang kampung kelima ini adalah menghadiri resepsi pernikahan adik ipar Kakak sulung kami akan melangsungkan pernikahannya didesa Jiwa Baru, kabupaten Muara Enim - Sumsel.

Catatan perjalanan ini merupakan sekelumit cerita, penulis melakukan aktivitas selama melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun 1990. 
 
Tanggal 16 Maret 1990, Hari Jum'at
Berangkat pulang kampung

Rombongan pulang kampung ke 5 ini terdiri dari : 
  • Nafisyah binti Wakif (Ibunda kami)
  •  Haji Iskandar bin M. Ibrahim (Kakak sulung kami)
  • Nur Asmara  M. Ibrahim (Kakak perempuan),
  • Amrullah Ibrahim (penulis) 
  • Yurni Asmita binti  M. Ibrahim (Adik perempuan)
  • Lina Nungcik, 
  • Andi Tiawarman, 
  • Alexander (driver).  
Pulang kampung kali ini bukan sekadar perjalanan, tapi misi untuk mengobati rindu dan mempererat cinta keluarga. Dan yang paling utama menghadiri resepsi Pernikahan adinda Emzarizani bin M. Qosim dengan Masdinarche binti Robin. 
 
Kendaraan yang dipergunakan adalah minibus keluaran pabrik chevrolet. Kami berangkat pukul 17.00 WIB dari rumah di Jl. Wibisono Nomor 43 Tanjung Agung Tanjungkarang Timur Bandar Lampung, menuju Kotabumi. Roda kendaraan yang kami tumpangi perlahan bergerak menggelundung diatas diaspal.

Perjalan kami lancar-lancar saja, tanpa hambatan. Tiba di Kotabumi pukul 20.00 WIB kami serombong an mampir ke Restoran untuk santap malam, semua menyantap dengan penuh semangat. Selesai santap malam, perjalanan dilanjutkan kembali, mobil melaju dengan kecepatan rata-rata 60 kilomter perjam.

Menjelang perbatasan Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan, kami kembali mampir ke Rumah makan yang lokasinya persis terletak di lintas tengah Sumatera. Ada yang memesan kopi, ada yang memesan teh. Khususnya Alexander sebagai sang driver diberikan waktu untuk merokok dan beristirahat waktu telah menunjukkan pukul 12.00 WIB.

Penulis terbangun dari tidur pukul 02.00 dinihari, kendaraan berhenti di kota Baturja. Awalnya penulis mengira bahwa kami telah sampai ditujuan. Ternyata Alexander merasa sangat mengantuk sehingga diperlukan untuk mengganti yang membawa mobil. Kakak sulung penulis akhirnya menggantikan posisi driver.

Ketika rombongan kami telah memasuki wilayah desa Lecah Kecamatan Rambang Lubai, suasana sangat mencekam. Kendaraan tidak ada satupun yang melintas. Kakak sulung kami berkata kepada penulis, berdoalah kepada Allah Ta'ala agar kita terhindar dari mara-bahaya dan mala-petaka.
 
Kecelakaan hampir saja terjadi, Kakak sulung agak mengantuk sehingga kendaraan sempat keluar dari jalan beraspal. Alhamdu lillah kendaraan dapat dikendalikan kembali, oleh Kakak sulung penulis. Akhirnya, menjelang waktu sholat Subuh, pukul 04.00 WIB kami tiba dirumah Paman Sukardin, desa Jiwa Baru, Lubai pada hari Jum'at.

Tanggal 17 Maret 1990, Hari sabtu
Tiba di desa Jiwa Baru

Akibat rasa penat dan lelah selama dalam perjalanan penulis tertidur dari pukul 05.00 WIB, terbangun waktu pukul 11.00 WIB. Pada sore harinya kami diajak oleh saudara sepupu penulis Sangkut Novriadi bin Sukardin untuk bersama-sama mandi di Sungai Lubai. Mandi ke sungai Lubai ini membuat kenangan yang dialami penulis kecil dulu membayang kembali. Pernah suatu ketika penulis mandi di sungai Lubai, menancapkan sebatang kayu dipinggir sungai Lubai untuk menempatkan pakaian. Tancapan kayu itu ternyata bergerak dikarenakan pasir dibawah oleh air. Penulis bersama teman-teman asyik bermain dengan air, tanpa disadari kayu dan pakaian penulis telah hanyut dibawah oleh air. Penulis binggung dan menanggis dikarenakan memikirkan bagaimanca, caranya pulang kerumah dalam kondisi telanjang. Saat itu, penulis masih kelas 3 SD desa Baru Lubai.

Tepat pukul 21.00 WIB hari Sabtu, penulis dan Alexander masuk ketenda Resepsi Pernikahan adik ipar kakak sulung penulis. Ketika memasuki tenda disana tertulis dari desa Pagar Gunung, Kotabaru, Beringin, Gunung Raja dan sebagainya. Penulis semula binggung, ingin duduk dibarisan desa mana. Akhirnya tanpa pikir lebih lama, kami duduk di barisan desa Pagar Gunung. Pada saat penulis menghadiri pesta ini, pakaian yang dikenakan adalah celana Jean dan Baju Kaos warna hijau. Saat itu ada yang bertanya kepada penulis tugas dimana? Ada yang mengira bahwa penulis merupakan salah seorang intel dari aparat Kepolisian.

Demikian, semoga bermanfaat.
 
Salam interaksi. 
Kata kunci : Cerpul - Cerita, pulang 

Tidak ada komentar

Cerewet 11

  Kejadian lucu itu masih teringat jelas sampai sekarang. Saat itu tahun 2019, kami sekelompok teman memutuskan untuk berkunjung ke Bantul...

Diberdayakan oleh Blogger.