Cerpul 02
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السلام عليكم
Berfose di Tanah Muara Selalang, Jiwa Baru - Lubai
Pulang kampung ke 2 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Baru Lubai di Kecamatan Prabumulih Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempat an ini merupakan yang kedua.
Setelah lima tahun lamanya penulis mengikuti orangtua pergi merantau ke Sekampung kuning desa Air Naningan Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung, penulis ajak Kakak kami yang sulung untuk pulang kampung.
Tujuan perjalanan:
Tujuan pulang kampung kedua ini adalah Kakak sulung kami Iskandar Bin M. Ibrohim atas sarann dan arahan kedua orang tua kami, agar mencari pendamping hidup dari gadis di kampung halaman desa Baru Lubai ataupun desa Kurungan Jiwa.
Tanggal 15 April 1975, Hari Selasa
Pulang kampung
Perjalanan pulang kampung ke 2, diawali dengan kami berangkat menggunakan Angkutan umum dari desa Air Naningan, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung menuju Talang Padang Kabupaten Lampung Selatan pukul 09.30 WIB, . Selama di perjalanan lancar waktu yang diperlukan 1 jam 30 menit;
Perjalanan dilanjutkan kembali, dengan menggunakan Angkutan umum dari Talang Padang Kabupaten Lampung Selatan menuju Tanjungkarang ibukota Provinsi Lampung, tepat pukul 13.30 WIB kami berangkat, selama di perjalanan laju kendaraan lancar tiba di Tanjungkarang hari sudah sore yaitu pukul 16.00 WIB.
Selanjurnya dari Stasiun Tanjungkarang naik Kereta Api Lintas Malam Ekspres sering disingkat Limex menuju Prabumulih, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan tepat pukul 21.00 WIB, rodanya mulai bergerak. Kami sebagai penumpang senang tentunya, dikarenakan perjalanan akan segera dimulai. Pada saat itu, masih sebagian kecil saja, masyarakat yang mampu menaiki kerea api Limex ini,
Saat kereta telah berjalan 15 kilometer dari stasiun Tanjungkarang saat itu penulis ditanya oleh seorang pramugari "mana karcisnya?" dijawab oleh penulis "karcis ada pada Kakak". Sang pramugari kembali bertanya kepada penulis "kakaknya siapa?" "Pramugara iya?" Penulis secara sepontan menjawab "iya" Akhirnya penulis diberikan makanan ringan / snack oleh sang pramugari itu. Sungguh pengalaman yang sulit untuk dilupakan sampai saat tulisan ini dibuat.
Ketika menjelang waktu sholat subuh, kami telah sampai di stasiun Prabumulih hari telah, perjalanan dilanjutkan dari Stasiun Prabumulih menuju rumah Paman Muhammad Haris bin Wakif, beliau adalah adik ibu kami.
Tanggal 16 April 1975, Hari Rabu
Tiba di Desa Kurungan Jiwa
Perjalanan dari kota Prabumulih menuju kampung halaman, kami menaiki angkutan umum. Tiba di desa Kurungan Jiwa Kecamatan Prabumulih Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan tepat pukul 14.30 WIB, setelah turun Angkutan umum kami langsung menuju kerumah paman Muhammad Daud bin Wakif.
Setelah menyerahkan beberapa buah tangan kami dari Lampung, penulis langsung menuju sungai Lubai untuk mandi sore, diajak saudara sepupu kami yang bernama Milnan bin M. Daud. Setelah makan malam dan bermain sebentar kami akhirnya tertidur pulas dirumah Paman Muhammad Daud.
Tanggal 18 April 1975, Hari Jum'at
Kalangan Tanjung Kemala
Setelah 2 hari kami berada di kampung halaman desa Kurungan Jiwa, penulis diajak ke Kalangan Desa Tanjung Kemala untuk membeli sandal. Kalangan dalam bahasa Lubai adalah pasar 1x dalam seminggu. Setelah menikmati suasana orang berjual beli di Kalangan kami akhirnya kembali pulang ke desa Kurungan Jiwa. Jarak antara desa Kurungan Jiwa dengan desa Tanjung Kemala lebih kurang 15 kilo meter. Jarak sejauh itu, kami tempuh dengan berjalan kaki saja. Saat kendaraan seperti sepeda motor, belum ada yang punya.
Salam interaksi.
Kata kunci : Cerpul - Cerita pulang kampung
Post a Comment