Cerpul 06
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السلام عليكم
Berfose didekat Male Bening, desa Jiwa Baru - Lubai
Pulang kampung ke 6 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Jiwa Baru di Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempatan ini merupakan yang ke-enam.
Setelah 29 tahun lamanya penulis mengikuti orangtua pergi merantau. Keluarga besar penulis saat ini berdomisili di Jalan Pangeran Antasari Nomor : 38 Tanjungkarang timur Kota Bandar Lampung Provinsi Lampun, penulis beserta anak dan iseteri pulang kampung.
Tujuan pulang kampung :
Misi pulang kampung ke-enam ini adalah ziarah ke Makam Kakek Haji Hasan bin Aliakim. Perjalanan pulang kampung kali ini pun dapat dikatakan perjalanan yang singkat, karena hanya 1 hari. Mungkin tidak tepat jika dikatakan sebagai Pulang kampung, melainkan hanya mampir ke kampung halaman tercinta.
Rombongan keluarga pulang kampung :
- Kakak Hendra Malmadi bin Bani
- Ayuk Artasiyah binti M. Thoha
- Apek (anak kak Hendra)
- Amrullah Ibrahim (penulis)
- Hatimah binti M. Toha (isteri penulis)
- Ferdy Fadilah Lubara (anak penulis)
- Marinda Rufraidah Lubara (anak penulis)
- Muhammad Arsyil Adzim Lubara (anak penulis)
- Muhammad Anggara Lubara (anak penulis)
Catatan perjalanan ini merupakan sekelumit cerita, penulis melakukan aktivitas selama melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun 1999.
Tanggal 21 Juli 1999, Hari rabu
Rute Palembang - Jiwa Baru
Cerita pulang kami ke enam ini, bertepatan saya sekeluarga sedang menginap di rumah kak Hendra Malwadi di kota Palembang. Mari ikuti cerita singkatnya...
Perjalanan pulang kampung untuk kesempatan dari Kota Palembang menuju desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai, munggunakan kendaraan roda 4 keluaran pabrik Suzuki type minibus. Rombongan kami pulang kampung ke 6 terdiri dari : Kakak Hendra Malwadi dan isteri serta anak-anak, Penulis dan isteri serta anak-anak. Berangkat dari Kota Palembang, pukul 11.00 WIB;
Kendaraan melaju dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam. Tiba di desa Jiwa Baru pukul 12.30 WIB, kami langsung menuju rumah sepupu Kakak Hendra Malwadi yaitu Rawati yang terletak dekat Danau Jambu Humbai. Dirumah Rawati kami santap siang dilanjutkan sholat Zuhur dan beristirahat sejenak.
Berselang beberapa waktu kemudian, kami berziarah kemakam Kakek Haji Hasan bin Aliakim yang terletak dipinggir jalan beraspal dekat kalangan atau pasar seminggu 1x desa Jiwa Baru. Ketika tiba diareal pemakaman ini, penulis tertegun ketika menyaksikan kondisi yang cukup memprihatinkan dikarenakan banyak perdu yang tumbuh liar disana disini. Kondisisi diperparah lagi dengan adanya orang yang berjualan didekat areal pemakaman ini, yang terkadang membuang sampah sembarangan. Kami bergotong royong membersihkan areal pemakaman ini, lebih kurang 30 menit waktu yang diperlu kan.
Sebuah do'a untuk kakek Haji Hasan bin Aliyakim
Allahummaghfirlahu, war hamhu, wa ‘aafìhii wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzuulahu wawassi’ madkholahu, waghsilhu bil maa’i wats-tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathaaya kamaa yunaqqatssaubul abyadhu minad danasi. Wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan hhairan min zaujihi. Wa qihi fitnatal qabri wa ‘adzaban naar.
Kegiatan pulang kampung kali ini selanjutnya, kami serombongan mampir kerumah Paman Sukardin bin Wakif. Mengobrol sebentar, tidak lama kemudian kami disuguhi Teh dan Pisang Ambon. Kami beberapa saat menghabiskan Teh, selanjutnya pamit kepada adik ibunda kami tersebut.
Perjalanan kembali dilanjutkan menuju rumah kakek Haji Hasan bin Aliyakim tempat penulis waktu kecil banyak menghabiskan waktu disitu. Sebuah tempat berdiri pohon Kelapa yang ditanam oleh Ayahanda Muhammad Ibrahim bin Haji Hasan. Pohon Kelapa itu, walaupun tidak pernah di pelihara ternyata masih memberikan buahnya yang sangat banyak. Kami mengambil beberapa buah kelapa yang agak tua dan yang masih muda.
- Ada sebuah ungkapan, untuk mencapai sesuatu harus diperjuangkan dulu seperti kita mengambil buah kelapa yang membutuhkan usah keras. Manalah bisa kami memetik kelapa untuk saat ini, walaupun sewaktu saya masa SMP pernah menaiki kelapa. Jadi sesungguhnya bagai saya naik pohon kelapa, bukanlah hal sulit untuk dilakukan. Pada kesempatan kali ini, ada seseorang yang membantu memetikan buah kelapa untuk kami.
Tanpa disadari waktu telah menunjukkan pukul 16.00 WIB Rabu sore. Kegiatan mengambil kelapa segera dihentikan...
Selesai dari mengambil Kelapa, saatnya penulis dan rombongan untuk kembali ke Palembang. Sebelum kami kembali ke Palembang, pamit terlebih dulu dengan Rawati sekeluarga. Setelah berperpamitan ke rumah Rawati, maka kami melanjutkan perjalanan, tepat pukul 16.30 WIB kendaraan segera bergerak.
Tiba di kota Palembang, hari sudah malam. Cerita pulang kampungpun berakhir, sampai disini.
Demikian, cerita singkat ini.
Salam interaksi.
Post a Comment