Cerdas 06
bekarang ikan mujair
Cerdas
06 merupakan Cerita Ladas, tentang bekarang Ikan. Air surut, fenomena
alam yang menciptakan pemandangan unik di sepanjang sungai. Cerita
ladas ke enam ini,
tidak akan membahas berbagai aspek memancing di air surut, namun saya
menceritakan menangkap ikan di kolam yang dikeringkan, dalam bahasa
Lubai disebut "Bekarang Ikan".
Makna: bekarang ikan bukan hanya sekadar menangkap ikan, tetapi juga
merupakan wujud syukur atas karunia kolam dan bentuk penangkapan ikan yang nyaman dan aman.
Lokasi: tradisi ini umumnya dilakukan di sungai, lebak, atau danau yang menjadi sumber mata pen caharian masyarakat. Kami berkarang di sungai kecil yang kami bendung, sehingga menjadi kolam keluarga kami. Pada tengah perkebunan kopi, Talang Sekampung, desa Air Naningan, kecamatan Pulau Panggung, kabupaten Lampung Selatan, provinsi Lampung.
Pelaksanaan: Saat saya liburan sekolah pembagian rapor. Untuk memanfaatkan waktu, ayahanda kami mengajak menangkap ikan di kolam.
Lokasi: tradisi ini umumnya dilakukan di sungai, lebak, atau danau yang menjadi sumber mata pen caharian masyarakat. Kami berkarang di sungai kecil yang kami bendung, sehingga menjadi kolam keluarga kami. Pada tengah perkebunan kopi, Talang Sekampung, desa Air Naningan, kecamatan Pulau Panggung, kabupaten Lampung Selatan, provinsi Lampung.
Pelaksanaan: Saat saya liburan sekolah pembagian rapor. Untuk memanfaatkan waktu, ayahanda kami mengajak menangkap ikan di kolam.
ikut bekarang ikan
Pak M. Ibrahim, seorang ayah yang sabar dan kuat, memutuskan untuk mengajak
ketiga anak laki-lakinya, Iskandar, Amrullah, dan Mustaqim, menangkap ikan di kolam
yang dikeringkan di tengah perkebunan kopi kami. Kolam itu biasanya penuh
dengan ikan mujair yang lezat.
Mereka
semua bersemangat ketika melihat kolam yang sudah dikeringkan sebagian. Ayahanda kami membagi tugas kepada kami anak-anaknya. Iskandar dan Amrullah bertugas
mencari ikan yang bersembunyi di lumpur, sementara Mustaqim membantu ayahnya
mengumpulkan ikan yang sudah tertangkap ke dalam ember.
Ayahanda kami menunjukkan teknik menangkap ikan mujair yang licin kepada
anak-anaknya. Dengan cekatan, Iskandar dan Amrullah menangkap beberapa ekor ikan
dan langsung memasukkannya ke dalam ember yang dibawa Mustaqim. Ayahanda kam sendiri juga berhasil menangkap beberapa ekor ikan besar.
Setelah
beberapa jam, mereka semua merasa puas karena ember mereka penuh dengan
ikan mujair yang segar. Ayahanda kam tersenyum bangga melihat kerja sama
tim yang baik dari anak-anaknya.
"Bagaimana kalau kita goreng separo dan separo lagi buat sop?" tanya Ayahanda kami sambil membawa ember penuh ikan ke rumah.
Iskandar, Amrullah, dan Mustaqim langsung bersorak gembira. Mereka semua tidak sabar untuk menikmati hasil tangkapan mereka.
Kegiatan
ini tidak hanya memberikan mereka makanan yang lezat, tetapi juga
kenangan indah yang akan kami simpan selamanya. Oleh karenanya, saya
menuliskan cerita ladas didalam blog ini.
catatan penting
Mujair adalah sejenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi. Penyebaran alami ikan ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939.
Dengan senyum lebar dan ikan segar di tangan, petualangan menangkap ikan di kolam ini menjadi kenangan manis yang tak terlupakan. Semoga semangat mencari ikan ini selalu ada dalam diri, mengingatkan kami akan kesederhanaan dan kebahagiaan yang bisa ditemukan di alam.
Salam interaksi.
Post a Comment