Header Ads

Cerdas 01

CARA KERJA BUBU: ALAT TANGKAP IKAN RAMAH LINGKUNGAN – IPB Digitani Website

sumber : IPB Digitani Website

perangkap ikan : bubu

Perangkap ikan tradisional Lubai adalah Bubu, Sehue, Gabul dan Pukat. Alat perangkap ikan ni biasanya ditempatkan pada sungai yang airnya tidak terlalu dalam. Masyarakat Lubai pada zaman dahulu, untuk memenuhi kebutuhan proteinnya yaitu dengan cara menangkap ikan disungai-sungai dikarenakan pada saat itu belum ada yang membudidayakan ikan.
 
Mengapa alat menangkap ikan di katagorikan, Cerdas atau cerita ladas. Oleh karena, saya menganggap bahwa cerdasnya nenek moyang kami membuat alat perangkap atau alat me nangkap ikan. Ikuti cerita ladas ini, saya tuntas agar anda puas.

Bubu

Umumnya bubu yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu:
 
Badan atau tubuh bubu

Badan atau tubuh bubu biasanya terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 125 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 40 cm bagian ini di lengkapi dengan pemberat dari batu bata (bisa juga pemberat lain) yang berfungsi untuk menenggelamkan bubu kedasar perairan yang terletak pada keempat sudut bubu.

Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan
Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan terletak pada sisi bagian bawah bubu, lubang ini berdiameter 35 cm, posisisnya tepat di belakang mulut bubu. Lubang ini di lengkapi dengan penutup.

Mulut bubu
Mulut bubu berfungsi sebagai tempat masuknya ikan yang terletak pada bagian depan badan bubu, posisi mulut bubu menjorok kedalam badan atau tubuh bubu berbentuk selinder, semakin kedalam diameter lubangnya semakin mengecil dan bagian mulut dalam melengkung kebawah sepanjang 15 cm. Lengkungan ini berfungsi agar ikan yang masuk akan kesulitan untuk keluar.
 
Berikut adalah beberapa makna lebih detail dari menangkap ikan dengan bubu: 

Ramah Lingkungan: 

Bubu dianggap sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan karena tidak merusak habitat ikan dan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya.  Dengan demikian, menangkap ikan dengan bubu bukan sekadar kegiatan mencari nafkah, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal, praktik ramah lingkungan, dan warisan budaya yang perlu dilestarikan.

Kearifan Lokal: 

Praktik penggunaan bubu seringkali diwariskan secara turun temurun dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat pesisir atau nelayan.

Teknik Penangkapan: 

Bubu bekerja dengan prinsip menjebak ikan, di mana ikan masuk melalui lubang dan sulit untuk keluar kembali.

Bentuk dan Bahan: 

Bubu bisa terbuat dari berbagai bahan seperti bambu, rotan, atau bahkan pipa paralon.

Pola Tingkah Laku Ikan: 

Penelitian menunjukkan bahwa ikan memiliki pola perilaku tertentu saat mendekati dan masuk ke dalam bubu, seperti berputar-putar dan mencari celah untuk keluar.

Penggunaan Umpan dan Mantra: 

Beberapa daerah menggunakan umpan atau bahkan mantra khusus untuk menarik ikan masuk ke dalam bubu.

Tradisi dan Warisan: 

Di beberapa daerah, bubu bukan hanya alat tangkap, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya dan tradisi yang dijaga kelestariannya.

Lokasi pemasangan bubu:

Di aresan pada tanah kami didekat sungai Lubai dan Male Beneng, desa Jiwa Baru, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Biasanya pada musim banjir, maka air sungai melimpah ruah mengenangi tanah-tanah disekitar Male Beneng. Makai ikan yang berkeliaran sangat banyak di sekitar itu. Adapun aresan itu, merupakan peninggalan nenek moyang kami. Dengan kata lain telah diwariskan kepada kami anak cucunya tempat menangkap ikan yang strategis tersebut.

Demikian, semoga bermanfaat.

Salam interaksi.

Tidak ada komentar

Cerewet 11

  Kejadian lucu itu masih teringat jelas sampai sekarang. Saat itu tahun 2019, kami sekelompok teman memutuskan untuk berkunjung ke Bantul...

Diberdayakan oleh Blogger.