Cergar 04
jatuh dari sapi
Saya
Amrullah Ibrahim, masih kelas 3 SD, tahun 1971. Hari itu sangat panas,
jadi saya memutuskan untuk mandi di sungai dengan teman-teman saya:
Hoyin, Yonadi, dan Hafiz. Kami bermain dan be -renang di sungai Lubai,
menikmati air yang jernih dan segar.
Saat
kami sedang asyik bermain, beberapa ekor sapi lewat di dekat kami,
menyeberang sungai. Saya yang penasaran, langsung mengikuti salah satu
sapi itu dengan cara memegang ekornya. Saya pikir sapi itu akan
membiarkan saya menungganginya seperti naik kuda.
Tapi
naas bagi saya, sapi itu tidak melihat kayu besar yang terapung di
sungai. Sapi itu menabrak kayu itu dengan keras, dan saya yang memegang
ekornya merasakan hantaman yang kuat. Saya merasa kesakitan dan
berteriak, "Aduh, duh!"
Teman-teman
saya yang melihat kejadian itu langsung tertawa dan mengolok-olok saya.
"Amrul, kamu tidak bisa naik sapi!" kata Hoyin sambil tertawa. Yonadi
dan Hafiz juga ikut tertawa dan mengolok-olok saya.
Saya
merasa malu dan kesakitan, tapi tidak bisa tidak tertawa juga melihat
teman-teman saya yang begitu gembira. Setelah itu, kami semua memutuskan
untuk berhenti bermain dan berenang, lalu duduk di tepi sungai sambil
menikmati matahari yang mulai terbenam.
Tapi
kesakitan yang saya rasakan tidak bisa dihilangkan dengan mudah. Saya
mulai merasa sedih dan ingin pulang. Saya berdiri dan mulai berjalan
menuju rumah, sambil menangis karena kesakitan dan malu.
Teman-teman
saya yang melihat saya menangis langsung berhenti tertawa dan memanggil
saya. "Amrul, tunggu!" kata Hoyin. Tapi saya tidak menoleh dan terus
berjalan sambil menangis.
Saya
berjalan sendirian, sambil memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.
Saya merasa sedih dan kesal pada diri sendiri karena tidak bisa naik
sapi dengan baik. Saya juga merasa malu karena teman-teman saya
mengolok-olok saya.
Setelah
beberapa saat berjalan, saya akhirnya sampai di rumah. Saya langsung
masuk ke dalam rumah dan mencari ibu saya. Ibu saya melihat saya
menangis dan langsung bertanya, "Apa yang terjadi, Amrul?" Saya hanya
menangis dan tidak bisa menjawab.
Ibu
saya memeluk saya dan membujuk saya untuk berhenti menangis. "Apa yang
terjadi? Kamu jatuh atau apa?" tanya ibu saya lagi. Saya akhirnya bisa
menjawab, "Saya naik sapi, Bu... dan saya jatuh."
Ibu
saya tersenyum dan memeluk saya. "Tidak apa-apa, Amrul. Kamu tidak
perlu malu. Semua orang pernah jatuh dan mengalami kesalahan." Saya
merasa sedikit lebih baik setelah mendengar kata-kata ibu saya. Saya
berhenti menangis dan memeluk ibu saya.
Demikian cerita ini, semoga menjadi hiburan dikala hati galau dikarenakan sesuatu hal.
Salam interaksi
Post a Comment