Cergen 03
Saya merupakan, salah seorang anak keturunan puyang Nata Kerti.
Legenda moyang seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang dianggap keramat karena beberapa alasan. Cerita-cerita tersebut seringkali mengandung nilai-nilai luhur, ajaran moral, dan sejarah yang diyakini benar oleh masyarakat setempat. Makam atau tempat yang terkait dengan legenda moyang seringkali dianggap suci dan dikunjungi untuk berbagai tujuan, seperti berdoa, memohon keberkahan, atau sekadar mencari ketenangan.
Puyang
Natakerti diperkirakan lahir pada tahun 1.500 Masehi. Beliau merupakan
anak dari Puyang Kencana Dewa yang bergelar Jaga Niti. Puyang Natakerti
adalah salah seorang tokoh masyarakat desa Kurungan Jiwa dimasa yang
lampau. Tempat kelahiran beliau adalah desa Kurungan Jiwa, masuk wilayah Kerajaan Sriwijaya atau Kesultanan Palembang Darussalam. Saat ini desa Kurungan Jiwa digabung
dengan desa Baru Lubai, sehingga berubah namanya menjadi “Jiwa Baru”
merupakan wilayah dari Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan.
Nilai Sejarah dan Budaya:
Dalam menulis cerita legenda "Cergen" puyang Nata Kerti saya ingin, sanak keluarga yang anak garis keturunan dengan beliau, menjadikan beliau bagian penting dari sejarah dan budaya suatu masyarakat yang disebut dengan gugok braak. Cerita-cerita tentang beliau yang menceritakan asal-usul, nilai-nilai, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi, sampai ke saya. Hal ini yang membuat saya terinspirasi menjadikan cerita tentang beliau "legenda puyang Nata Kerti" sebagai sumber identitas dan kebanggaan bagi gugok braak.
Ajaran Moral dan Etika:
Dalam hal cerita legenda "Cergen" puyang Nata Kerti sayang ingin menyampaikan pesan moral dan etika yang ingin disampaikan kepada sanal saudara. Cerita tentang beliau, seringkali mencontohkan peri laku baik, pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, dan konsekuensi dari perbuatan buruk. Dalam hal ini, saya tidak pernah mendengar kejelekan tentang beliau. Semoga cerita ini menjadikan legenda puyang dapat menjadi media pembelajaran yang efektif.
Kekuatan Spiritual:
Makam Puyang Nata Kerti terletak dekat rumah Kakak Luth di Desa
Kurungan Jiwa ”Jiwa Baru” Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim,
Provinsi Sumatera Selatan. Makam atau tempat yang dikaitkan dengan legenda puyang Nata Kerti, tidak pernah saya dengar ayahand kami menganggap ada kekuatan spiritual.
Kisah yang Menginspirasi:
Dalam legenda puyang Nata Kerti, menghadirkan sosok beliau ketika hidupnya memiliki sifat-sifat terpuji : seperti keberanian, kesabaran, kejujuran, dan kesetiaan. Dalam hal ini saya mendapatkan informasi, dari penuturan kata ayahanda kami Muhammad Ibrahim bin Haji Hasan bahwa memiliki sifat tersebut diatas, belum pernah saya mendengar sifat negatif dari beliau.
Puyang Natakerti mempunyai kesaktian mantraguna. Konon ceritanya zaman
dahulu kala, jika dipagi hari puyang-puyang di Desa Kurungan Jiwa
berjemur dipinggir Sungai Lubai, beliau duduk bersila diatas mata tombak
dalam bahasa Lubai disebut Kujur. Beliau melakukan ini merupakan
isyarat bahwa para poyang-puyang itu memiliki daya tahan tubuh yaitu
tubuh mereka tidak mampu ditembus senjata tajam.
Pouang Natakerti bergelar Gembeling Sakti. Gembeling artinya terlatih dan Sakti artinya mempunyai daya tahan tubuh kebal terhadap senjata tajam. Dalam arti kata yang luas seseorang yang mempunyai kesaktian adalah sosok manusia mempunyai pelindung tubuh yang baik, mampu menaklukan berbagai jenis binatang buas.
Pouang Natakerti bergelar Gembeling Sakti. Gembeling artinya terlatih dan Sakti artinya mempunyai daya tahan tubuh kebal terhadap senjata tajam. Dalam arti kata yang luas seseorang yang mempunyai kesaktian adalah sosok manusia mempunyai pelindung tubuh yang baik, mampu menaklukan berbagai jenis binatang buas.
Berdasarkan cerita dari orangtua penulis, para nenek moyang di Desa
Kurungan Jiwa zaman dahulu mempunyai peliharaan binatang buas seperti :
Harimau dan Ular. Ada suatu tradisi disini yaitu apabila berjumpa dengan
binatang buas seperti Harimau dihutan desa Kurungan Jiwa, maka kita
harus mengucapkan ”permisi nenek, cucu mau lewat”
Harta Peninggalan
Pada mulanya harta peninggalan Puyang
Natakerti melimpah ruah. Diantara harta peninggalan beliau adalah berupa
tanah lahan pertanian, Tebat, Danau, tanam tumbuh buah-buahan. Akan
tetapi dikarena kan penulis tidak mempunyai data-data pendukung yang
lengkap, maka penulis tidak dapat untuk menuliskan satu persatu harta
peninggalan beliau.
Adapun diantara harta peninggalan Poyang Natakerti
yang penulis ketahui sebagai berikut :
Tanah air sabut
Tanah lahan
pertanian, seluas ribuan hektar terletak di daerah “Air Sabut”, desa
Jiwa Baru, Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera
Selatan. Gambaran tanah luas ribuan
hektar itu, ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan adalah seperti hamparan
lahan yang sangat luas, berupa padang rumput alang-alang, hutan yang di tumbuh seperti kayu behuas atau kayu mangis hutan, kayu pelawan, kayu menteru, kayu simpur, kayu mahang, kayu bahangan, kayu medang lese dam banyak lagi kayu yang lainnya.
Proyek Nata Kerti
Pada tahun 1970-an tanah dikawasan ini, dibuka untuk dijadikan lahan pertanian : seperti Ladang Padi darat dan Kebun Karet. Adapun, yang membuka tanah
Puyang Natakerti adalah masyarakat desa Kurungan jiwa dan Baru Lubai, serta mendapat dukungan penuh dari pemerintah marga Lubai suku satu yaitu dari
Pasirah Abdul Haris.
Proyek Natakerti adalah
suatu kegiatan bersama yang dilaksanakan oleh masyarakat desa Kurungan
jiwa dan Baru Lubai, untuk mencapai tujuan yang luhur yaitu menyongsong
kemakmuran bersama melalui pertanian. Pembukaan lahan pertanian di Air
Sabut dapat digambarkan dengan beberapa kata kunci seperti perladangan,
perkebunan, pembersihan lahan, konversi lahan, dan pertanian rakyat.
Perladangan : Merupakan sistem pertanian tradisional masyarakat desa Kurungan
jiwa dan Baru Lubai, lahan dibuka dari hutan atau semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman, khususnya padi talang, disebut dengan be-ume. Adapun masing-masing kepala keluarga yang tergabung
dalam “Proyek Natakerti” mendapa lahan pertanian, seluas lebih kurang 2
(dua) hektar.
Pertanian Rakyat : Usaha pertanian yang dilakukan oleh petani kecil atau masyarakat lokal, dengan memanfaatkan lahan pertanian puyang Nata Kerti, memenuhi kebutuhan
pangan keluarga atau dijual ke pasar lokal disebut dengan kalangan.
Bendungan Air Sabut : Untuk mencapai tujuan bersama, maka dibuatlah bendungan di Air Sabut. Tinggi bendungan lebih kurang tinggi 15 meter, lebar 45 meter ketebalan 5 meter. Bendungan dibuat meng gunakan tanah biasa yang diberi pagar kayu. Tujuan dari dibuatnya bendungan ini adalah menjadi sumber air untuk mengaliran pesawahan dan menjadi tempat memelihara ikan.
Saat proyek ini dilaksanakan, penulis masih duduk dikelas 3 Sekolah Dasar Negeri Baru Lubai. Dari proyek ini yang berkesan bagi penulis adalah sebuah pantun yang sering dilantun oleh anak-anak desa Kurungan jiwa dan Baru Lubai. Biasanya pantun dilantunkan ketika pergi menuju kelokasi proyek Natakerti, dan saat pulang meninggalkan lokasi proyek Natakerti.
Baik pantun
Pagi-pagi pergi ke Proyek Natakerti,
Kalau pergi, jangan lupa membawa nasi,
Walaupun proyek Natakerti telah jadi,
Tapi sayang banyak oyek daripada nasi.
Anak Keturunan
Puyang Natakerti mempunyai 3 (tiga) orang anak laki-laki yaitu :
- Puyang Rentamat
- Puyang Riamat
- Puyang Desamat
Dari anak Puyang Natakerti 3 (tiga) bersaudara ini, disebut oleh : masyarakat desa Kurungan jiwa dan Baru Lubai Gugok braak.
Ungkapan "satu nasab, berbeda nasib" menyiratkan bahwa meskipun seseorang memiliki garis keturunan yang sama, nasib atau keberuntungan mereka bisa sangat berbeda. Ini menunjukkan bahwa faktor lain selain keturunan, seperti usaha, pendidikan, lingkungan, dan takdir, juga memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan seseorangt :
- Almarhum Puyang Riamat bin Nata Kerti bergelar Lebi atau Lebai. Semasa hidupnya pernah menjadi tokoh agama islam di desa Kurungan Jiwa. Gelar Lebai merupakan gelar struktural bidang agama islam pada masa itu, merupakan lebai penghulu marga Lubai suku 1, kesultanan Palembang Darus-salam. Kedudukan dan wewenang beliau sama dengan Penghulu nagari di daerah Minangkabau, Sumatera Barat;
- Almarhum Wak Muhammad Haqi, Semasa hidupnya pernah menjadi tokoh masyarakat di desa Kurungan Jiwa. Jabatan beliau adalah Kerio atau kepala desa Kurungan Jiwa. Kerio merupakan gelar struktural bidang pemerintahan pada masa itu;
- Almarhum Ayahanda M. Ibrahim bin Haji Hasan, semasa hidupnya pernah menjadi tokoh pejuang kemerdekaan diwilayah Sumatera Selatan nomor anggota 33 Komandannya Almarhum Kolonel Sjarnubi Said. Selain sebagai tokoh pejuang kemerdekaan beliau pernah menjabat Sekretaris marga Lubai suku I pada awal kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946-an. Penggawa kampung satu desa Baru Lubai pada tahun 1965 sampai dengan 1970, Anggota Dewan Marga Lubai suku satu pada tahun 1966 sampai dengan 1969;
- Almarhum Kakanda Biul Burlian, semasa hidupnya merupakan TNI yang bergeriliya dengan pangkat terakhir Kapten. Beliau juga pernah menjabat Pasirah marga Rambang Kapak tengah II yang berkedudukan di Prabumulih.
- Haji Fathur Rahman bin Mahzaihiri, pernah menjadi Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan.
- Muslimin bin Lukmanul Hakim, pernah menjadi kepala desa Gunung Raja, kecamatan Lubai, kabupaten Muara Enim - Sumsel.
- Adapun anak keturunan lainnya, setelah kemerdekaan Republik Indonesia banyak yang berhasil mengukir prestasi dibidang pemerintahan, bidang perdagangan, bidang per tanian.
Persaudaraan merupakan ikatan yang sangat berharga dalam kehidupan. Hubungan persaudaraan bukan hanya terbatas pada ikatan darah, namun juga mencakup per sahabatan yang erat dan rasa kebersamaan antar sesama. Persaudaraan adalah jembatan yang menghubungkan hati.
Anak keturunan puyang Nata Kerti, bertebaran dimana mana :
- Desa Kurungan Jiwa, Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 300 jiwa;
- Desa Gunong Raja, Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 50 jiwa;
- Desa Beringin, Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 30 jiwa;
- Desa Aur, Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 40 jiwa;
- Desa Prabumenang, Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 20 jiwa;
- Desa Lecah, Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 30 jiwa;
- Desa Buloh Ilok, Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 50 jiwa;
- Desa Umpam, Ogan Komering Ulu, diperkirakan populasinya sebanyak 30 jiwa;
- Palembang, diperkirakan populasinya sebanyak 150 jiwa;
- Muara Enim, diperkirakan populasinya sebanyak 50 jiwa;
- Lubuk Linggau, diperkirakan populasinya sebanyak 10 jiwa;
- Batu Raja, diperkirakan populasinya sebanyak 20 jiwa;
- Kabupaten Way Kanan, diperkirakan populasinya sebanyak 10 jiwa;
- Kota Bandar Lampung, diperkirakan populasinya sebanyak 50 jiwa;
- Kabupaten Pesawaran, diperkirakan populasinya sebanyak 10 jiwa;
- Kabupaten Bekasi diperkirakan populasinya sebanyak 10 jiwa;
Catatan penting :
Generasi muda keturunan Puyang Nata Kerti, sebagian besar mereka tidak tahu bahwa mereka itu merupakan anak keturunan beliau.
Demikian, Cergen atau cerita legenda ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat untuk saudara. Sampai jumpa, dilain waktu dan kesempatan.
Salam interaksi.
Post a Comment